Dendrobium, genus anggrek yang menakjubkan, menghadirkan keragaman luar biasa dalam hal habitat, ukuran, bentuk pseudobulb, daun, dan warna bunga. Mereka menyebar luas, menghuni wilayah pantai hingga pegunungan, dari India, Sri Lanka, Cina Selatan, hingga ke Jepang, Asia Tenggara, Pasifik, Australia, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Untuk menumbuhkannya dengan baik, kita perlu memahami persyaratan unik yang harus dipenuhi.
Habitat dan Pola Pertumbuhan Dendrobium
Habitat Anggrek Dendrobium tumbuh optimal pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut dengan kelembapan sekitar 60-80%. Keistimewaan budidaya anggrek ini terletak pada intensitas cahaya matahari yang harus serupa dengan lingkungan aslinya.
Berdasarkan gaya hidupnya, sebagian besar Dendrobium bersifat epifit, ditandai dengan akar lekat dan akar udara. Akar lekat berfungsi untuk menempelkan tanaman pada media atau substratnya, sementara akar udara bertanggung jawab mengambil nutrisi dan air dari lingkungan sekitarnya. Dalam hal pola pertumbuhan, anggrek dapat dibagi menjadi dua tipe utama: simpodial dan monopodial.
Pola Pertumbuhan simpodial
Anggrek simpodial tumbuh tanpa batang utama, dengan bunga mekar dari ujung batang dan kemudian berkembang lagi dari anak tanaman yang baru tumbuh. Contoh anggrek simpodial meliputi Dendrobium, Cattleya, Oncidium, dan Cymbidium. Mereka cenderung bersifat epifit.
Pola Pertumbuhan monopodial
Sementara itu, anggrek monopodial ditandai dengan titik pertumbuhan di ujung batang, tumbuh lurus ke atas pada satu batang. Bunga mekar di antara dua ketiak daun. Beberapa contoh anggrek monopodial termasuk Vanda, Arachnis, Renanthera, Phalaenopsis, dan Aranthera.
Pemilihan Habitat dan Perawatan
Habitat tanaman anggrek dibagi menjadi empat kelompok: epifit, terestrial, litofit, dan saprofit.
Anggrek epifit tumbuh menumpang pada pohon tanpa merugikan inangnya dan membutuhkan naungan dari sinar matahari. Contohnya adalah Cattleya (memerlukan cahaya +40%), Dendrobium (50–60%), Phalaenopsis (+30%), dan Oncidium (60–75%).
Anggrek terestrial tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung. Beberapa contohnya adalah Aranthera, Renanthera, Vanda, dan Arachnis. Tanaman ini membutuhkan cahaya matahari 70–100%, dengan suhu siang sekitar 19–38°C, dan malam hari 18–21°C. Namun, Vanda yang memiliki daun lebar memerlukan sedikit naungan.
Anggrek litofit tumbuh pada batuan dan tahan terhadap sinar matahari penuh, seperti Dendrobium phalaenopsis.
Anggrek saprofit tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering dan membutuhkan sedikit cahaya matahari, seperti Goodyera.
Media Tanam Anggrek Dendrobium
Untuk merawat dengan baik, penting untuk memahami Habitat Anggrek Dendrobium alaminya dan menyesuaikan kondisi tumbuhnya sesuai dengan jenisnya.
Cara hidup unik anggrek Dendrobium yang menempel pada berbagai objek seperti batang pohon, lempengan pakis, atau bahkan batu-batuan di lereng pegunungan, menciptakan tantangan baru dalam penggunaan media tanam. Saat ini, para penghobi anggrek menghadapi kendala terutama dalam ketersediaan media tumbuh yang semakin sulit ditemukan, sementara air menjadi semakin terbatas dan mahal.
Tantangan dalam Pemilihan Media Tanam
Dalam pengembangan anggrek, masalah utama muncul dari ketersediaan media tumbuh yang semakin langka. Penggunaan media organik seperti kulit kayu atau akar pakis menjadi terbatas karena cenderung mudah lapuk dan memerlukan penggantian yang sering. Para pencinta anggrek selalu mencari solusi baru untuk menemukan media tumbuh yang ideal.
Menurut Grove (1998) yang dikutip oleh Tirta (2006), pencarian ini memerlukan medium yang mampu menyimpan air dan unsur hara, melepaskannya secara perlahan-lahan, tahan terhadap pelapukan, memberikan aerasi yang cukup, mudah diperoleh, dan relatif terjangkau harganya.
Media Tanam Akar Pakis
Akar pakis menjadi salah satu pilihan unggul sebagai media tanam anggrek. Widiastoety dan Hendastuti (1985) menekankan bahwa akar pakis, terutama batang pakis hitam, memiliki daya ikat air, aerasi dan drainase yang baik. Batang pakis hitam yang berasal dari tanaman pakis yang sudah tua dan kering, sering digunakan dalam bentuk potongan kecil atau lempengan persegi empat sebagai media tanam. Meskipun memiliki keunggulan dalam sifat-sifat tersebut, lempengan batang pakis dapat menjadi tempat tinggal bagi semut atau binatang kecil lainnya.
Pecahan Arang Kayu
Selain akar pakis, pecahan arang kayu juga menjadi alternatif menarik. Menurut Widiastoety (1986), pecahan arang kayu memiliki kelebihan karena tidak mudah lapuk, tahan terhadap pertumbuhan jamur dan bakteri. Meskipun kurang mampu mengikat air dan kaya zat hara, arang dapat menjadi media tanam yang baik untuk anggrek, terutama di daerah dengan kelembapan tinggi.
Tips Penggunaan Pecahan Arang Kayu
Sebelum digunakan sebagai media tanam, arang sebaiknya dipecah menjadi potongan-potongan kecil. Ukuran pecahan arang dapat disesuaikan dengan wadah tanam dan jenis tanaman yang akan ditanam. Pecahan arang dengan panjang 3 cm, lebar 2-3 cm, dan ketebalan 2-3 cm cocok untuk wadah dengan diameter 15 cm atau lebih. Untuk wadah yang lebih kecil, ukuran pecahan arang perlu disesuaikan.
Tantangan dan Solusi
Meskipun memiliki keunggulan masing-masing, baik akar pakis maupun pecahan arang kayu memiliki tantangan tersendiri. Penggunaan berlebihan dapat mengancam keseimbangan ekosistem dan ketersediaan bahan baku. Oleh karena itu, pencarian media tanam yang inovatif dan berkelanjutan menjadi langkah penting dalam menghadapi kendala tersebut.
Penutup dan Kesimpulan
Merawat anggrek Dendrobium dengan baik memerlukan pemahaman tentang habitat alaminya dan penyesuaian kondisi tumbuh sesuai dengan jenisnya. Penghobi anggrek saat ini menghadapi tantangan dalam ketersediaan media tumbuh yang semakin sulit ditemukan, sementara air menjadi semakin terbatas dan mahal. Kendala utama muncul dari ketersediaan media tumbuh yang langka, seperti kulit kayu atau akar pakis.
Dalam mengatasi tantangan ini, akar pakis dan pecahan arang kayu menjadi alternatif yang menarik. Akar pakis, memiliki daya ikat air, aerasi, dan drainase yang baik. Namun, lempengan batang pakis dapat menjadi tempat tinggal bagi semut atau binatang kecil lainnya. Pecahan arang kayu, sementara itu, tidak mudah lapuk, tahan terhadap pertumbuhan jamur dan bakteri, tetapi kurang mampu mengikat air dan kaya zat hara.
Meskipun keduanya memiliki keunggulan, baik akar pakis maupun pecahan arang kayu memiliki tantangan tersendiri, dan penggunaan berlebihan dapat mengancam keseimbangan ekosistem dan ketersediaan bahan baku. Oleh karena itu, perlunya pencarian media tanam yang inovatif dan berkelanjutan untuk menghadapi kendala ini.
Anggrek di Indonesia: Melampaui Mitos dan Sejarah
Seorang admin yang suka jalan-jalan dan berburu Anggrek di Kota dingin Batu. Dan masih belajar mengenai Anggrek, baik melalui situs, makalah dari kampus-kampus terkemuka Indonesia dan langsung dari petani Anggrek. So Admin masih magang, harap dimaklumi jika ada salah kata ^.^